Review Danganronpa 2: Goodbye Despair
“Punishment is waiting for you!”
-Monokuma
-Monokuma
Danganronpa adalah sebuah game yang benar-benar unik. Mungkin game ini mengingatkan kamu dengan visual novel lain seperti Ace Attorney atau mungkin game puzzle seperti Professor Layton, tapi saya yakinkan kamu bahwa Danganronpa adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dari yang kedua game tersebut. Mengapa? Karena tema dari game ini jauh lebih kelam dari yang kamu perkirakan dan dijamin bisa membuat terkejut dengan twist yang dihadirkannya.
Lalu bagaiman dengan sekuelnya? Apakah Danganronpa 2: Goodbye Despair
bisa memberikan pengalaman yang sama dengan pendahulunya? Saya rasa
demikian tapi mari kita bedah dulu sebelum mengambil keputusan.
Cerita yang Tidak Realistis tapi Membuat Penasaran
Jika kamu berharap bahwa Danganronpa memiliki cerita yang realistis, saya rasa ini bukan game yang kamu sedang cari. Danganronpa 2: Goodbye Despair
berkisah tentang sekelompok anak SMA paling jenius di bidangnya
masing-masing yang disebut ‘Ultimate’. Mereka awalnya diundang untuk
masuk ke sekolah bernama Hope’s Peak Academy yang terkenal meluluskan
berbagai macam orang sukses dan penting di seluruh Jepang. Namun nahas,
anak-anak tersebut malah diculik dan dibawa ke sebuah pulau bernama
Jabberwock untuk dilibatkan dalam sebuah permainan yang kejam.
Jika seseorang dari antara mereka ingin keluar dari pulau tersebut,
mereka harus membunuh salah seorang dari mereka sendiri tanpa diketahui
sama sekali. Jika pembunuhan terjadi, maka akan dilakukan Class Trial di
mana para siswa yang ada saling berargumen untuk menentukan siapa
pembunuhnya.
Jika mereka menebak pembunuh yang benar, maka si pembunuh akan
dihukum alias dieksekusi, namun jika mereka menebak yang salah, maka si
pembunuh akan selamat dan seluruh siswa yang lain yang malah akan
dieksekusi. Permainan kejam ini akan membawa kamu melihat apa yang
disebut dengan rasa keputusasaan, atau setidaknya itu yang saya rasa
dikehendaki game ini.
Cerita yang dihadirkan Danganronpa 2 memang terasa sangat ‘komik’, tapi jangan salah, cerita yang ada dalam game
ini penuh dengan intrik dan pengembangan karakter yang cukup menarik
untuk disimak. Saya yakinkan bahwa kamu tidak akan menyangka siapa yang
akan melakukan pembunuhan.
Setiap bab cerita dipenuhi dengan twist yang dijamin membuat kamu semakin penasaran. Alur cerita yang dibawa Danganronpa 2: Goodbye Despair
juga terasa naik turun. Sebentar kamu akan melihat kejadian yang
mengundang tawa, dan kemudian kamu akan disajikan kejadian yang membuat
merinding.
Kualitas penulisan mulai dari narasi hingga percakapan terkesan cukup
sederhana, namun justru itu juga yang menjadi kekuatan besar dari Danganronpa 2: Goodbye Despair.
Cerita menjadi mudah dicerna serta kamu tidak perlu membuka kamus untuk
tahu apa maksud dari percakapan yang kamu dengar. Jadi, buat kamu yang
memiliki kemampuan bahasa Inggris terbatas sekalipun, saya rasa game ini tetap bisa dengan mudah dinikmati.
Karakter dengan Sifat yang Sangat Berwarna-Warni
Kamu akan berperan sebagai Hajime Hinata, seorang siswa yang juga
diundang untuk masuk Hope’s Peak Academy, namun mengalami amnesia ketika
dia dan siswa lainnya dibawa ke Pulau Jabberwock. Sebagai seorang yang
lupa tentang apa kehebatan yang dimilikinya, kamu harus berusaha sebaik
mungkin untuk memecahkan misteri pembunuhan yang terjadi dalam pulau
tersebut.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada sekelompok anak SMA dalam pulau
tersebut dan masing-masing orang memiliki kepribadian yang sangat unik.
Mungkin tidak ada satu pun orang yang ada dalam pulau itu bisa disebut
orang normal. Mulai dari penampilan luar hingga cara bicara
masing-masing orang sangat berbeda dan sangat menarik melihat mereka
berinteraksi dengan kita.
Namun yang paling unik adalah hadirnya kembali si beruang dua warna yaitu Monokuma. Jika kamu pernah bermain Danganronpa
yang pertama, kamu pasti tahu siapa beruang psikopat lucu nan kejam
yang satu ini. Dia mengaku sebagai kepala sekolah Hope’s Peak Academy
dan yang juga mengumumkan untuk memulai permainan mengerikan ini. Selain
Monokuma, kali ini dia ditemani Monomi yang (menurut Monokuma) adalah
adik perempuannya.
Kelinci dua warna ini juga sama lucunya dengan Monokuma, meski lebih
sering menerima pukulan oleh Monokuma. Kedua karakter ini mungkin lebih
terlihat seperti comic relief karena bentuknya yang lucu, tapi jangan tertipu oleh penampilan mereka karena mereka adalah karakter kunci dalam seri Danganronpa.
Visual novel seringkali (selalu) menggunakan gambar statis sebagai
penggambaran tiap karakter yang ada, tapi meskipun demikian, ekspresi
yang ditunjukkan lewat gambar tersebut tercermin dengan sangat baik.
Emosi tiap karakter yang ada bisa tersampaikan karena artwork yang dihadirkan sangat ekspresif.
Selain itu ada juga tambahan efek-efek cahaya dan gambar yang bergetar
yang menambah sisi ekspresif tiap karakter. Bicara soal ekspresi,
pengisi suara bahasa Inggris dalam game ini juga tidak jelek
dan mampu menyampaikan emosi yang ada dengan cukup baik. Ya, tapi saya
sendiri jauh lebih suka dengan pengisi suara bahasa Jepang karena yang
mengisi suara dalam Danganronpa 2: Goodbye Despair mungkin bisa dibilang pengisi suara papan atas di Jepang.
Gameplay yang Sangat Beragam
Danganronpa 2: Goodbye Despair menganut gameplay yang
bisa dibilang cukup beragam. Ketika kamu sedang menghabiskan waktu luang
di Pulau Jabberwock, kamu bisa mengobrol bersama siswa lainnya demi
mendapatkan Hope Fragments yang bisa ditukar dengan skill untuk
digunakan pada Class Trial. Ada juga kegiatan lainnya seperti mengurus
peliharaan digital milikmu atau juga mencari boneka Monokuma yang
tersebar di seluruh pulau.
Namun itu hanyalah bagian luar dari seluruh gameplay yang ada dalam Danganronpa 2: Goodbye Despair. Permainan yang sesungguhnya akan terasa ketika pembunuhan pertama terjadi.
Pertama-tama permainan berubah seperti layaknya game
detektif dimana kamu akan mengumpulkan bukti dan petunjuk yang ada di
TKP. Setelah itu, kamu akan memasuki Class Trial di mana logika dan
nalarmu diuji untuk membuktikan siapa yang bersalah.
Di dalam Class Trial sendiri, permainan dibagi menjadi beberapa bagian.
Ada Nonstop Debate yang merupakan permainan ‘menembak’ atau menyetujui
argumen orang lain menggunakan apa yang disebut truth bullet. Hangman’s Gambit yaitu menyusun kata menggunakan huruf yang ada di layar sebelum huruf-huruf yang ada bertabrakan dan meledak
Panic Talk Action (yang dulu disebut Bullet Time Battle) dan masih ada beberapa mini game lainnya yang memiliki gameplay cukup berbeda satu dengan yang lain. Hampir semua mini game yang ada memperbolehkan kamu menggunakan touchscreen atau touchpad dari PS Vita milikmu.
Jumlah mini game yang banyak mungkin akan dirasa sangat
membingungkan terutama karena tutorial yang ditunjukkan pertama kali
hanya dalam bentuk teks sehingga kamu butuh waktu untuk membiasakannya.
Saya telah memainkan bab ketiga dan ternyata masih ada tambahan mini game lainnya pada saat Class Trial.
Tetapi, dari sisi lain hal tersebut membuat permainan tidak membosankan
karena banyak variasi gameplay yang ada ketika Class Trial terjadi. Jika
itu belum cukup, masih ada ‘kejutan’ lainnya yang nanti akan kamu
temukan dalam game ini.
Visual yang Berani Beda
Kamu tidak akan menemukan visual cel-shading atau gaya visual 3D lainnya dalam game
ini, melainkan sebuah gaya visual unik yang menggabungkan aset 2D dan
3D menjadi sebuah tampilan yang terasa hidup. Sebagai contoh, seluruh
karakter yang ada dalam game ditampilkan dalam bentuk 2D namun berada dalam dunia 3D sehingga mereka terlihat seperti cardboard cutout yang sering kamu lihat di bioskop
Tentunya ini tidak terlihat seperti standar sebuah game papan atas (karena memang bukan). Tapi sebagai visual novel, game ini terlihat lebih unik dan saya rasa itulah satu elemen yang menjual dalam Danganronpa 2: Goodbye Despair.
Spike Chunsoft sangat terlihat menekan biaya produksi di bagian visual,
namun mereka melakukannya dengan sangat apik dan malah terlihat
artistik. Contoh lainnya adalah ketika karaktermu bergerak saat Free Time.
Mungkin kamu tidak sadar, tetapi karakter tersebut adalah kumpulan
potongan aset karakter mulai dari badan, tangan hingga kaki yang
digabung seperti layaknya boneka. Animasi yang ditampilkan memang tidak
sempurna, namun cukup meyakinkan kalau karakter tersebut tengah berlari
atau berjalan.
Cutscene animasi yang ada juga ditampilkan dengan gaya motion graphic
yang terlihat sangat dinamis terutama karena adanya banyak pergerakan
di sana sini. Saya sendiri sangat suka dengan tampilan visual yang
seperti ini karena ada banyak sekali warna-warni serta pergerakan yang
terlihat dalam satu layar.
Satu hal terakhir yang menurut saya sangat berkesan dari Danganronpa 2
adalah desain dari masing-masing karakter yang ada. Desain mereka
sangat mencolok di mata dan bahkan terkesan berlebihan, namun hal
tersebut sangat membekas di ingatan. Saya rasa itulah salah satu hal
terkuat yang membuat Danganronpa sangat beda dibanding game lainnya.
Kesimpulan – Waktunya Hukuman!
Danganronpa 2: Goodbye Despair merupakan sebuah visual novel yang sangat unik dan saya rasa lebih baik dibanding Danganronpa yang pertama. Game ini memiliki gameplay yang sangat beragam, cerita yang sulit ditebak, visual yang unik, serta karakter yang sangat mencolok sehingga saya rasa Danganronpa 2: Goodbye Despair
adalah sebuah pengalaman yang sangat seru untuk kamu mainkan
menggunakan PS Vita milikmu. Kalau kamu menginginkan sesuatu yang
berbeda dan penuh keputusasaan, saya tidak bisa merekomendasikan game lain selain Danganronpa.
PlayStation Store Asia: Danganronpa 2: Goodbye Despair, Rp272.000
PlayStation Store US: Danganronpa 2: Goodbye Despair, US$39.99 (sekitar Rp525.000)
Steam Link: Danganronpa 2: Goodbye Despair, Rp. 199.999